Sabtu, 02 Juni 2012

Foto Kakek Mesum Pegang Payudara Cewek



Tak tanggung-tanggung, dua tangannya yang sudah keriput memegang payudara dengan kuatnya. Herannya lagi, si cewek ABG itu malah ketawa-ketawa (suka kalinya…).

Bukan hanya kakek ini yang birahinya tinggi. Di bawah ini adalah 2 contoh kakek mesum yang masih doyan kemulusan gadis-gadis.


Walaupun sakit dan di kursi roda, kakek yang satu ini masih saja meraba paha cewek di sebelahnya. Busyet deh…




Sementara kakek yang ini, malah mau menyusur isi BH cewek di depannya.

foto pose gadis imut & cantik ini buat mata para lelaki bersinar, ditambah body mulus,payudara mungil dan pose narsis yang menggemaskan. dada semoknya bikin konak seakan ingin meremas payudara mungilnya , memeluk tubuh seksinya dengan kehangatan semuanya bisa dinikmati disini,hehehehhe SUMBER:
  1. Foto Kakek Mesum Pegang Payudara Cewek - Media Publix

    mediapublix.blogspot.com/.../foto-kakek-mesum-pegang-payudara-c...
    Foto Kakek Mesum Pegang Payudara Cewek - Menyediakan artikel terbaru dan terhangat buat anak muda jaman sekarang.
  2. Foto Kakek Mesum Pegang Payudara Cewek - INFORMASI TIGA ...

    informasitigadunia.blogspot.com/.../foto-kakek-mesum-pegang-payu...
    18 Feb 2012 – Foto Kakek Mesum Pegang Payudara Cewek. Loading.... Hasrat terhadap cewek anak baru gede (ABG) tak selamanya milik pria muda.
  3. Foto Kakek Mesum Pegang Payudara Cewek - Kaskus - The Largest ...

    www.kaskus.us/showthread.php?t=13151531
    20 pesan - 17 penulis - 18 Feb
    Tak tanggung-tanggung, dua tangannya yang sudah keriput memegang payuda

Walau Bibirnya Tebel Tapi Gayanya H0t Banget







gadis yang menonjolkan toge montoknya, bikin konak & mupeng. payudara semoknya sungguh indah dipandang, seandainya bisa mencium payudara montok & semoknya mungkin menyenangkan sekali, pose dengan dada yang menonjol serta berisi sungguh menggairahkan. memang gadis ini mempunyai payudara semok, montok serta indah!!! SUMBER:
  1. Walau Bibirnya Tebel Tapi Gayanya H0t Banget - INFORMASI TIGA ...

    informasitigadunia.blogspot.com/.../walau-bibirnya-tebel-tapi-gayan...
    19 Feb 2012 – Foto Kok Itunya Yang Dipamerin Sih,Gila Banget · Walau Bibirnya Tebel Tapi Gayanya H0t Banget · Mantap Bintang Fashion malah bergaya di ...
  2. Walau Bibirnya Tebel Tapi Gayanya H0t Banget | unik | lucu | aneh ...

    www.menjelma.com › Unik
    20 Feb 2012 – Walau Bibirnya Tebel Tapi Gayanya H0t Banget. Diposkan oleh www.menjelma.com on. http://4.bp.blogspot.com/-Usowpr7Phhc/Tp_IaiIENyI ...
  3. Walau Bibirnya Tebel Tapi Gayanya H0t Banget

    gudangartikelunik.blogspot.com/.../walau-bibirnya-tebel-tapi-gayany...
    20 Feb 2012 – Walau Bibirnya Tebel Tapi Gayanya H0t Banget. [imagetag]. www.menjelma.com 21 Feb, 2012. [imagetag]. www.menjelma.com 21 Feb, 2012 ...

Gadis-Gadis Asia Yang Begitu Mengoda

Hot Asian Girls Today » AsianCeleb (part 2)

Hot Asian girls today 20.5.2011, do you have a favourite girl or photo?
Hot Girl: Calendar Babe
Origin: Taiwan

Hot Asian Girls Today » AsianCeleb (part 2)
Hot Girl: Calendar Babe
Origin: Taiwan

Hot Asian Girls Today » AsianCeleb (part 2)
Hot Girl: Calendar Babe
Origin: Taiwan

Hot Asian Girls Today » AsianCeleb (part 2)
Hot Girl: Calendar Babe
Origin: Taiwan

Hot Asian Girls Today » AsianCeleb (part 2)
Hot Girl: Calendar Babe
Origin: Taiwan

Hot Asian Girls Today » AsianCeleb (part 2)
Hot Girl: Calendar Babe
Origin: Taiwan

Hot Asian Girls Today » AsianCeleb (part 2)
Hot Girl: Calendar Babe
Origin: Taiwan

Hot Asian Girls Today » AsianCeleb (part 2)bermodal wajah cantik body seksi cewek asian memang memikat mata kaum adam, ditambah payudara semok dan montoknya seakan mata tak ingin berkedip, kulit mulus dan putih memikat hati seakan ingin meremas lembut toket mungil & semoknya, mencium bibir mungilnya. selamat menikmati!!!! SUMBER:
  1. Gadis-Gadis Asia Yang Begitu Menggoda ~ Gambar Dunia

    gambardunia.blogspot.com/.../gadis-gadis-asia-yang-begitu-menggo...
    18 Feb 2012 – ̮Ơ̴̴͡ :) No comments. Hot Asian Girls Today » AsianCeleb (part 2) Hot Asian girls today 20.5.2011, do you have a favourite girl or photo?
  2. FOTO : Gadis-gadis Asia Yang Begitu Mengoda | Hot | News |

    www.ikadanews.info/2012/02/foto-gadis-gadis-asia-yang-begitu.html
    29 Feb 2012 – FOTO : Gadis-gadis Asia Yang Begitu Mengoda ... to Facebook. Labels: asia, begitu, bugil, cantik, foto, gadis, hot, menggoda, seksi, yang ...
  3. WAJAH MALAM: Merah Dan Biru Begitu Menggoda

    wajah-malam.blogspot.com/.../merah-dan-biru-begitu-menggoda.ht...
    Merah Dan Biru Begitu Menggoda. Model Sexy Dengan warna yang ... Inilah Anak Gadis Para Rockstar Yang Cantik Dan Se... Cewe IGO Lagi Nyobain Kamera ...

Hot Girl: Hou Qian Yi (Sara) 侯芊浥

Pesona Seksi Darcer Club malam Bikin Heboh







gadis yang menonjolkan toge montoknya, bikin konak & mupeng. payudara semoknya sungguh indah dipandang, seandainya bisa mencium payudara montok & semoknya mungkin menyenangkan sekali, pose dengan dada yang menonjol serta berisi sungguh menggairahkan. memang gadis ini mempunyai payudara semok, montok serta indah!!! SUMBER:
  1. Pesona Seksi Darcer Club malam Bikin Heboh - Lintas Me

    www.lintas.me/article/.../pesona-seksi-darcer-club-malam-bikin-hebo...
    menjelma.com - Pesona Seksi Darcer Club malam Bikin Heboh... ... di Club Malam | Celebrity · Fakta Kehidupan Malam Di Club Bali Beserta Seksi Dancer ...
  2. menjelma.com : pesona seksi darcer club malam bikin heboh lintas ...

    lifestyle.lintas.me/.../pesona-seksi-darcer-club-malam-bikin-heboh
    21 Feb 2012 – menjelma.com - Pesona Seksi Darcer Club malam Bikin Heboh... ... Fakta Kehidupan Malam Di Club Bali Beserta Seksi Dancer · Foto Seksi ...
  3. Silvy Hot Lagi di WC Club Malam

    www.blogtante.com/2012/02/silvy-hot-lagi-di-wc-club-malam.html
    15 Ciri Cewe Mudah Diselingkuhi · Pesona Seksi Dancer Club malam ... # .... 12 Feb 2012 – Kategory → Pesona Seksi Darcer Club malam Bikin Heboh » Hot .

GALLERY FOTO-FOTO GADIS CANTIK DAN SEKSI SEDANG MENCUCI MOBIL







model seksi ini mempunyai dody seksi , parass cantik serta belahan dada yang indah serta mungil, pose tubuhnya bikin konak yang melihatnya. seakan ingin memeluk tubuh seksinya dan mencium bibir mungilnya. model yang cantik serta seksi ini memang ngk bosen diliat, terbayang tubuh seksi, wajah cantik serta payudara yang indah dan mungil bikin seger!!!! SUMBER:
  1. GALLERY FOTO-FOTO GADIS CANTIK DAN SEKSI SEDANG ...

    mediapublix.blogspot.com/.../gallery-foto-foto-gadis-cantik-dan.html
    GALLERY FOTO-FOTO GADIS CANTIK DAN SEKSI SEDANG MENCUCI MOBIL - Menyediakan artikel terbaru dan terhangat buat anak muda jaman sekarang.
  2. GALLERY FOTO-FOTO GADIS CANTIK DAN SEKSI SEDANG MENCUCI MOBIL ...

    www.kaskus.us/showthread.php?p=669408746
    4 pesan - 4 penulis - 4 Apr
    GALLERY FOTO-FOTO GADIS CANTIK DAN SEKSI SEDANG MENCUCI MOBIL THE LOUNGE.
  3. GALLERY FOTO-FOTO GADIS CANTIK DAN SEKSI SEDANG MENCUCI MOBIL ...

    www.kaskus.us/showthread.php?t=13367196
    8 pesan - 8 penulis - 2 Mar
    Mencuci mobil merupakan bagian dari perawatan yang harus dilakukan agar mobil tampak seperti baru. Pekerjaan ini memang mengasyikan, ...

Kisah Cinta Terlarang Istri Pengusaha Garmen

Foto: Ilustrasi

Cinta tak mengenal usia, meski memasuki usia senja siapapun bisa terhipnotis dan terisihir oleh dasyatnya mahligai asmara.

Masa puber kedua bukan hanya dialami kaum Adam, melainkan kaum Hawa juga. Misalnya sosok mantan Relationship Manager Citibank Inong Malinda Dee yang menjalin hubungan khusus dengan lelaki jauh lebih muda, Andhika Gumilang.

Ataupun yang dilakukan RE (39) yang merupakan istri seorang pengusaha garmen berinisial BO (48). RE dilaporkan ke Polres Jakarta Selatan, lantaran tepergok berselingkuh dengan seorang gigolo pada Selasa (24/11/2011).

Menurut BO, istrinya telah berselingkuh sejak tiga bulan terakhir. Namun karena belum bisa mendapatkan bukti yang kuat maka BO pun masih menahan diri.

"Sekitar tiga bulan, karena selama tiga bulan itu istri saya menghabiskan uang di ATM sebesar 50 juta rupiah, tiap bulannya saya menduga dihabiskan untuk gigolo itu," ucapnya di Polres Jakarta Selatan.

Selain selalu menghabiskan uang bulanan sebesar 50 juta rupiah setiap bulannya, RE juga menjadi sering pulang larut malam. RE mulai jarang pulang ke rumah tanpa kabar. Perubahan sikap RE semakin membuat BO yakin jika istrinya punya pria idaman lain.

Setelah melakukan penyelidikan, BO kemudian mendapatkan informasi jika istrinya berselingkuh dengan seorang gigolo yang diketahui bernama HN.

Bahkan dari informasi suster dan sopirnya, BO mengetahui jika RE menyewa sebuah kamar kos di kawasan Pedurenan, Pancoran, Jakarta Selatan. Selain itu suster dan sopirnya juga mengatakan jika mereka pernah memergoki RE yang tengah asyik bercumbu dengan HN.

"Setelah mendapat informasi, saya bersama polisi menggerebeknya. Ternyata istri saya sedang telanjang bulat, sedang yang laki sempat pakai celana pendek," ucapnya.

RE dan selingkuhannya pun kemudian langsung dibawa ke Mapolres Jakarta Selatan. BO mengatakan selain akan menceraikan istrinya, dia juga mau kasus ini diproses secara hukum pidana.

Selain akan mengugat cerai, BO juga akan mempidanakan RE, istrinya yang tertangkap basah berselingkuh dengan gigolo. BO, kesal karena istrinya tersebut juga diketahui pernah bermesraan dengan selingkuhannya, di kamar anaknya sendiri.

BO mengatakan bahwa HN, gigolo peliharaan istrinya itu sering sekali mengunjungi istrinya di Apartemen Mediterania Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, saat dia sedang keluar. Bahkan menurut BO, pembantunya pernah memergoki istrinya bercumbu mesra dengan selingkuhannya tersebut dikamar anaknya.

"Saat itu, pembantu saya mau ke kamar anak, pas buka pintu, ia sedang bercumbu. Jelas ini perbuatan terkutuk karena mereka melakukan di depan anak-anak," ungkapnya.

Pengusaha garmen ini mengatakan mungkin karena takut tepergok saat bermesraan, akhirnya RE memutuskan menyewa kamar kos di Jalan Pedurenan Raya No. 6 Pancoran, Jakarta Selatan. Hingga akhirnya BO menggerebek istrinya yang sedang berbuat mesum bersama si gigolo.

Sementara Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Budi Irawan, atas perbuatannya pelaku dapat diancam dengan pasal 284 KUHP tentang perselingkuhan disertai perbuatan perzinahan. [mah]


JANGAN LUPA DI LIKE YAH.!!

Bercinta Dengan Mantan Murid (18+)


Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku tampak bila mengenakan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. Aku adalah Ibu dari dua anak berusia 44 tahun dan bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S.

Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.

Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya. Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru SD.

Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama. Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.

Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex-ku yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.

Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9. Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.

Kudengar suara langkahnya mendekatiku.

"Bu Asmi..?" Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.

"Bu Asmi..?" Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak.

Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher.

Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.

Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba.

Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.

Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.

"Sandi!! Ngapain kamu?"

Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku. Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.

"Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu... " Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.

"Kamu kan bisa denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua," Ujarku lembut.

"Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan... Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya," jawab Sandi.

"Ah kamu... Ya sudah terserah kamu sajalah"

Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya.

Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.

Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.

"Body Ibu bagus banget.. " dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.

"Ibu hebat...," desisnya.

"Apanya yang hebat..?" Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.

"Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu" Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.

"Itu karena Ibu teratur olahraga" jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.

Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.

"Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San!" Cegahku sambil menciumnya.

Sandi tersenyum lebar. "Sudah enggak sabar ya ?" godanya.

"Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San," Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.

Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.

Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.

Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.

"Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak 'bercinta' sama Ibu...," dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.

Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu..., terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya...!!!

Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.

"Oohh...," sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.

"Saann, penismu enaaak...!!!," kataku setengah menjerit.

Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.

"Oohh..., toloongg.., gustii...!!!"

Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.

"Aahh, penismu..., oohh, aarrghh..., penismuu..., oohh...!!!"

Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.

"Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!" aku menjerit-jerit.

"Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget 'bercinta' sama Ibu!" Sandi menyodok-nyodok semakin kencang.

"Sodok terus, Saann!!!... Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!"

"Teruuss..., arrgghh..., sshh..., ohh..., sodok terus penismuuu...!"

"Oh, ah, uuugghhh... "

"Enaaak..., penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss..."

Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!

Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.

Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.

Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.

Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.

"San.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar," kataku terus terang.

"Emangnya Ibu suka kalau aku cepet keluar?" jawabnya lembut di telingaku.

Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.

Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.

"Oorrgghh..., aahh..., ennaak..., penismu enak bangeett... Ssann!!"

Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.

Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.

"Aarrgghhh...!!!" aku menjerit.

"Aku hampir keluar!" Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.

"Terus, Sayang..., teruuusss...!"desahku.

"Ooohhh, enak sekali..., aku keenakan..., enak 'bercinta' sama Ibu!" Erang Sandi

"Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan...!" Balasku.

"Aku sudah hampir keluar, Buu..., vagina Ibu enak bangeet... "

"Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss..., yaah, aku juga mau keluarr!"

"Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar...!"

"Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann..., aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan 'bercinta' sama kamu..., yaahh..., teruss..., aarrgghh..., ssshhh..., uughhh..., aarrrghh!!!"

Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.

"Oohhh...!!!" dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.

Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.

"Enak banget," bisik Sandi beberapa saat kemudian.

"Hmmm..." Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku.

"Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu..."

"Apalagi penis kamu..., gede, keras, dalemmm..."

Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.

Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,

"Aku bisa enggak puas-puas 'bercinta' sama Ibu... Ibu juga suka kan?"

Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.

Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.


JANGAN LUPA DI LIKE YAH.!!

Cerita Dewasa - Permainan Bos & Sekretaris Kantorku


Tidak seperti biasa Aku pergi ke kantor jam 6.30 wib, karena hari ini istriku mau ke lab. memeriksakan kandungannya yang sudah berumur 7 bulan. Sesampainya di rumah sakit aku langsung cabut menuju kantorku dan aku perhatikan masih sepi sekali tetapi pintu gerbang sudah terbuka dan hanya ada pak Paimo pembersih kantorku yang masih sibuk dengan kerjaannya di depan perusahaan kami.

Dan aku segera memarkirkan kendaraanku dan langsung cabut keruangan kantor dan selanjutnya bersih-bersih kertas yang sudah tidak terpakai dan mulai menghidupkan komputerku karena aku harus menyerahkan data pada bos yang kemarin dia minta. Sambil menunggu komputer menyala aku sempatkan untuk membuat teh karena tadi di rumah belum sempat sarapan karena istri juga cepat-cepat mau periksa kandungan bayi kami.

Setelah komputer aktif aku segera buka data kemarin dan sambil memeriksa aku sambil minum teh biar perut merasa hangat. Setelah aku periksa komplit lalu aku setting untuk saya cetak dan segera laporkan pada bos karena mungkin sudah di tunggu. Setelah aku selesai cetak data aku tempatkan di amplop dan segera aku bawa ke hadapan bos tetapi agak di samping kantor bos aku pelankan suara karena aku mendengar suara yang mencurigakan dan aku sambil berjingkat memperjelas suara yang aku dengar tadi ternyata memang arahnya dari dalam kantor bos aku, dan aku mulai mencari tempat untuk bisa melihat ke dalam karena rasa penasaranku dengan siapa bos melakukannya karena memang bos orang yang pekerja keras maka tidak ada yang menaruh curiga kalau bos selalu berangkat pagi sekali dan pulang paling buncit sendiri.

Aku menemukan tempat yang pas untuk mengintip ke dalam yaitu kursi yang ada didepan kantor bos yang cukup tinggi dan bisa sampai ke lubang udara yang cukup strategis untuk melihat ke dalam tanpa di ketahui sama bos, dan aku mulai naik ke kursi itu dengan sangat hati-hati dengan jantung yang berdebar-debar antara takut dan penasaran. Alangkah terkejutnya aku karena ternyata di dalam si bos dengan sekretarisnya baru buka-buka dan berciuman sambil bergulat tidak aturan.

Jantung aku semakin berdebar karena melihat adegan ini, si bos mulai membuka baju si nita sekretarisnya yang memang aduhai itu dan aku lihat si nita cuma membiarkan saja dan langsung kelihatan BH nya yang putih berendra agak oren dan si bos mulai memasukkan jemarinya ke dalam BH si nita dan si nita mulai terpejam matanya sepertinya menikmati remasan jemari si bos dan si bos semakin berani dengan melorotkan BH si anita dan mulai mengulum puting susu si anita yang memang bagus itu dan si nita mulai mendesah dan mengelinjang keenakan ah………………..emh………….dan si bos semakin brutal saja melumat punting susu si nita, sampai-sampai si nita mengeluarkan suara yang cukup keras aku dengar ah…………..ah……..dan sampai aku dengar desisan nafasnya yang terasa berat ah……………………………ah……………..

Si bos mulai nggak tahan dan mulai melorotkan celananya sendiri dan tinggal celana dalamnya aja dan si bos menarik tangan si nita untuk memeganginya dan mulai melorotkan celana dalam si bos, nita mulai menunduk dan aduh aku jadi tidak tahan karena aku rasakan batang adik kecilku mulai merangsek ke atas. Bagaimana tidak si nita mulai memasukkan burung si bos ke dalam mulutnya aduh nggak tahan aku, dan aku perhatikan si bos mulai keenakan ough………………..ehm………….ough………….sambil meremas remas rambut si nita. Semakin kencang si nita melumat semakin kencang suara si bos mengerang ough……………………..ough……………………ehm…………….aku rasakan lendir dalam celanaku mulai mengalir karena tidak bisa menahan gejolak lelakiku yang semakin menonjol.

Udah di rasa cukup si bos mulai membuka celana dalam si nita dan segera memasukkan burungnya yang lumayan besar ke dalam memek si nita, sambil menciumi si nita dan melumat bibirnya si bos mengerakkan burungnya ke luar masuk memek si nita dan semakin keras aku lihat si bos mengerakkan burungnya keluar masuk sampai sampai si nita terengah-engah di buatnya ough……………………ah………………….ough……….dan aku perhatikan si bos mulai enjakulasi……………….dan ough…………………ough………………sambil mengeluarkan burungnya dari memek si nita yang berisi itu.

Aku pelan-pelan turun dari kursi dan kembali ke dalam ruangan karena aku yakin si nita sebentar lagi pasti ke luar untuk menuju ke ruangannya juga setelah merapikan bajunya. Dan aku mulai memutar lagu di komputerku dan mulai mengakses internet untuk melihat facebook aku, biar tidak ada orang yang tahu atas peristiwa ini. Dan aku perhatikan benar juga si nita mulai ke luar dari kamar mandi dan langsung menuju ke arah ruangan aku karena memang tempat duduknya di sebelah aku persis.

Dan si anita mulai menyapa aku dengan genitnya “Nggak seperti biasanya nih mas………berangkatnya kok agak pagi” sambil badannya di sentuhkan ke tubuhku yang duduk di kursi dan sambil melihat facebook aku. Ya nih soalnya tadi aku mengantar istriku dulu jawabku singkat dan dia menimpali lagi ucapanku “Lha memangnya kenapa istri kamu” Tanya si nita sambil masih berlendotan di tubuhku dan memang aku rasakan badannya masih terasa panas.

Dan aku pura-pura tanya pada dia, kok tubuhmu panas sakit ya nit tanyaku. “Ya mas agak meriang tadi malam sakit” jawabnya sambil matanya menyelidik ke arah mataku aku cuma tersenyum melihat matanya. Yang bener aja jawabku mengodanya………dan si nita malah cubitin tubuhku terus……..sambil menanya terus sama aku……emangnya kenapa aku kok nggak percaya.

Kalau seandainya si bos nikah lagi siapa ya yang cocok tanyaku sama nita dan si nita semakin penasaran sama aku karena begitu dalamnya aku tahu tentang rahasianya. Dan matanya semakin melotot dan agak serius sama aku dan mendekatkan bibirnya ke telingaku “Mas kamu kok tahu dari mana ?!” tanya si nita.

Aku tahu sendiri dan memakai dua mataku jawabku sambil memandang wajah si nita ke atas karena emang dia masih menempelkan tubuhnya di tubuhku. “Yang bener” kata si nita berbisik di telingaku.

Bener sambil aku menyuruh dia duduk di kursi sebelah aku , tadi kamu main sama si bos di ruangannya kan ?!. Si nita cuma senyum-senyum sambil malu padaku, “jangan bilang siapa-siapa lho mas” bisik si nita lirih. Nggak usah khawatir asal kamu tahu sendiri jawabku sambil berdiri dan keluar kantor untuk merokok………
JANGAN LUPA DI LIKE YAH.!!

Cerita Permainan Seks Siswi Jilbab Perawan

Cerita Segs ini merupakan sebuah cerita dewasa yang kesannya sangat natural banget dan gagasannya sanget menarik dan nakal kalau dibaca dari awal pasti akan seru banget! cerita seks
dewasa ini dikirimkan oleh seorang member sijtus ini yang minta nama dan identitasnya
dirahasiakan ok kita langsung aja ke ceritanya. 


Meskipun awalnya ragu, akhirnya Pertiwi mau juga masuk ke rumah Muhris. Dadanya berdegup
kencang karena ini adalah kali pertama ia main ke rumah teman prianya. Kamu tentu tahu
Madrasah ‘Aliyah tempat mereka berdua bersekolah melarang hubungan lawan jenis seperti ini.
Seperti halnya perintah tegas Sekolah kepada setiap siswi untuk mengenakan jilbab. Tapi Pertiwi tak bisa menolak ajakan teman yang ia sukai itu. Dua tahun sudah mereka saling
mengenal, sejak keduanya sama-sama duduk di bangku kelas satu. Dan perasaan suka itu muncul di hati Pertiwi tak lama setelah pertemuan pertamanya. Kalau tidak
karena Muhris memberi sinyal yang sama, Pertiwi tentu sudah melupakan perasaannya. Tapi
cowok itu terus saja bersikap spesial kepadanya, hingga cinta jarak jauh mereka terjalin erat
meski tanpa kontak fisik. Lalu tiga bulan yang lalu saat menjelang Ujian Akhir Sekolah. Kelas pria dan wanita yang biasanya terpisah mulai digabung di beberapa kesempatan karena
alasan peningkatan intensitas pelajaran. Siswa putra duduk di barisan depan, sedang yang putri di bagian belakang. Tapi Muhris duduk di
barisan putra paling belakang sedang Pertiwi di barisan putri paling depan. Maka tak ayal Muhris berada tepat di depan Pertiwi. Dan itulah awal kontak terdekat yang terjadi
pada mereka. Biasalah… Awalnya pura-pura pinjam alat tulis, tanya buku, ini… itu… Tapi senyuman makin sering tertukar dan kontak batin terjalin dengan pasti. Kadang ada alasan
bagi keduanya untuk tidak keluar buru-buru saat istirahat, hingga ada masa singkat ketika
mereka hanya berdua di dalam kelas; tanya-tanya pelajaran—alasan basi yang paling disukai
setiap orang. Dua bulan lebih dari cukup untuk memupuk rasa cinta. Meski pacaran adalah terlarang, dan keduanya belum pernah saling mengutarakan cinta, tapi
semua teman mereka tahu keduanya adalah sepasang kekasih. Hubungan cinta yang unik di jaman yang serba bebas ini. Dan Pertiwi begitu menikmati
perasaannya. Setiap waktu teramat berharga. Sekilas tatapan serta seulas senyuman selalu menjadi bagian yang menyenangkan. Lalu cinta
mulai berkembang saat kenakalan muncul perlahan-lahan. Pertiwi sempat ragu saat Muhris memintanya untuk datang ke Mall M sepulang sekolah sore itu. Sejuta perasaan bahagia membuncah di hati Pertiwi, bercampur dengan rasa takut dan
kegugupan yang luar biasa. Ia nyaris pulang lagi saat sore itu ia berdiri di pintu Mall untuk
bertemu dengan Muhris. Tapi cowok itu keburu melihatnya hingga ia tak dapat menghindar lagi. Ia tahu bahwa dirinya
salah tingkah selama kencan pertama mereka. Malamnya Pertiwi tak bisa tidur. Membayangkan tentang betapa menyenangkannya kencan
mereka, saat untuk pertama kalinya Muhris menggenggam tangannya selama berkeliling melihat-
lihat banyak hal. Seluruh tubuhnya terasa panas dingin. Muhris bahkan membelikan sebuah hadiah berupa kalung
mutiara yang sangat mahal untuk ukuran dirinya. Untaian mutiara itu sangat indah, putih
memancarkan kilau yang terang. Cowok itu berkata, “Walaupun aku tak akan dapat melihatmu mengenakan kalung itu, kuharap
kamu mau tetap mengenakannya.” Dan tentu saja ia senantiasa mengenakan kalung mutiara itu. Satu bulan itu dihiasi dengan kencan sembunyi-sembunyi yang sangat mendebarkan. Seperti bermain kucing-kucingan dengan semua orang yang Pertiwi kenal. Kalau ada satu saja
orang yang tahu Pertiwi berduaan dengan seorang pria di Mall, maka Pertiwi tak dapat
membayangkan petaka apa yang akan menimpanya. Tapi berhenti dari melakukan itu ia yakini lebih mengerikan daripada terus menjalaninya. Karena,
di sore itu, di satu sudut yang sepi di dalam Mall, tiba-tiba saja Muhris mencium pipinya dengan
cepat tanpa mengatakan apapun juga. Hanya sekilas, dan Muhris membuat seolah-olah itu tak pernah terjadi. Tapi pengaruhnya sangat
besar pada diri Pertiwi. Karena seluruh perasaannya bergemuruh dan membuncah. Bercampur
aduk hingga ia hanya bisa diam saja seperti orang bodoh. Sisa sore itu berlalu tanpa ada dialog apapun, karena Pertiwi tahu wajah putihnya telah berubah
semerah udang rebus. Meninggalkan kesan terindah yang terbawa ke dalam mimpi bermalam-
malam sesudahnya. Tiga hari sejak peristiwa itu Pertiwi selalu berusaha menghindar dari Muhris. Ia merasa malu,
bingung dan takut. Bagaimanapun juga satu sisi perasaannya masih memiliki keyakinan bahwa cinta mereka mulai
melewati batas. Tapi ia belum tahu cara kerja nafsu. Karena ketika akhirnya mereka bertemu kembali, Pertiwi tak
bisa menolak saat di banyak kesempatan Muhris mencium pipinya berkali-kali; kanan dan kiri. Bahkan, saat Muhris semakin nakal dengan meremas tangannya, memeluk tubuhnya dan mencium
bibirnya (meski semua itu dilakukan Muhris tak lebih dari lima detik saja) Pertiwi hanya terpana dan sangat menikmati semuanya. Sebelum berpisah, Muhris berbisik pelan
kepadanya, “Kamu mau, kan, main ke rumah esok sore?”
Anehnya, seperti seorang yang terhipnotis, Pertiwi mengangguk… Maka, sore itu, dengan mengenakan gamis bercorak ceria khas remaja dengan hiasan renda bunga
melati, dipadukan dengan jilbab pink yang disemati bros berbentuk kupu-kupu, juga sebuah tas
jinjing dari kain kanvas, Pertiwi duduk di sofa ruang tamu di rumah Muhris. Menunggu kekasihnya mengambilkan dua gelas jeruk dingin dan sepiring buah-buahan segar.
Matanya menatap ke sekeliling ruangan dan mendapatkan kesan yang sangat menyenangkan. Kesan itu didapat, sebagian karena bagaimanapun ini adalah rumah orang yang ia cintai, dan
sebagiannya lagi karena pemiliknya memiliki cukup banyak uang untuk menata dengan demikian
indahnya. Pertiwi tak tahu banyak soal dekorasi, tapi sesungguhnya rumah itu memang didesain dengan
nuansa klasik yang sesuai dengan alam pegunungan tempat rumah itu berdiri. Perabotan, dari mulai lampu-lampu, tempat duduk, meja, lukisan-lukisan serta berbagai hal
didominasi oleh corak bambu dan kayu asli. Sementara dedaunan dan tanaman hijau—bercampur antara imitasi dan buatan—menghiasi
sudut-sudut yang tepat. Air terjun buatan dibangun di samping ruang tamu, dengan cahaya matahari yang hangat
menyinari dari kaca jendela samping. Wilayah itu ditutup oleh kaca bening yang dialiri air dari atas, sehingga mengesankan suasana
hujan yang indah dan menimbulkan bunyi gemericik air yang terdengar menyenangkan. Lukisan pedesaan dipasang di satu sudut yang tepat bagi pandangan mata, dengan gaya
naturalis hingga setiap detail nampak sangat jelas. Seperti sebuah foto namun memancarkan aura magis yang lebih kentara. Pertiwi sempat terpana
dengan semuanya, dengan kesejukan yang melingkupi seluruh dirinya, sampai ia tak sadar kalau
Muhris telah duduk di sebelahnya, sedang menata gelas dan piring-piring. “Maaf, ya… Seadanya. Habisnya Umi lagi ke Bandung ikut seminar, nemenin Abi…” Pertiwi tersipu malu. Ia berasal dari keluarga yang lebih sederhana, sehingga rasa mindernya
muncul saat mendapati rumah yang demikian besar dan mewah ini ternyata milik pacarnya. “Nggak apa-apa, Ris. Pertiwi seneng, kok…” Pertiwi merasakan suaranya tercekat di
tenggorokan. Sore itu Pertiwi lalui dengan sangat menyenangkan. Ngobrol berdua, bercanda, tertawa, nonton
film, main game PS hingga makan malam. Pertiwi baru tahu bahwa ternyata Muhris bisa memasak. Pintar malah. Kelezatan rasanya melebihi
masakan yang pernah ia buat. Dengan malu ia mengakui itu di hadapan kekasihnya, yang
membalasnya dengan ciuman pipi kanan yang lembut. “Aku tetep cinta kamu, kok…” Perlu diketahui bahwa Pertiwi saat itu berusia 16 tahun dan memiliki tubuh yang mulai matang
sebagai seorang gadis. Posturnya juga tinggi dengan wajah manis yang terkesan keibuan. Tapi percayalah bahwa ia
sangat polos, lebih polos dari gadis SD di kota besar yang telah mahir urusan peluk dan cium. Desa tempat ia tinggal sangat jauh dari arus informasi dan pengaruh buruk ibukota. Maka ia tak
menaruh prasangka apapun saat Muhris mengajaknya menginap di rumahnya malam itu. Memang ini urusan yang tabu di desanya, tapi kepolosan Pertiwi membuatnya yakin bahwa
Muhris tak akan melakukan hal buruk terhadapnya. Sehingga, pilihan berbohong ia lakukan agar bisa berduaan terus dengan kekasihnya. Ia telah
bilang pada orang rumah bahwa ia akan menginap di rumah Ririn. Ia tahu orang tuanya tak akan curiga, karena hal itu biasa ia lakukan di waktu-waktu ujian
sekolah. Apalagi menjelang Ujian Akhir seperti sekarang. Suasana malam sangat sunyi dan suara jengkerik telah berganti dengan burung malam. Tak berapa lama rintik hujan mulai turun, dan Pertiwi tak menyadarinya sampai hujan itu berubah
jadi deras. Sangat deras, karena di musim penghujan seperti ini hal seperti itu selalu saja terjadi. Kalau tidak
karena suasana cinta yang tengah meliputinya, Pertiwi tak akan betah di rumah orang dalam
situasi seperti itu. O, iya… Sebetulnya Pertiwi dan Muhris tidak benar-benar berdua di rumah, karena ada Hana, adik
perempuan Muhris yang sekarang duduk di bangku kelas 1 SMP. Makanya Pertiwi tidak terlalu merasa sungkan, karena ia bisa bermain dengan Hana juga di
sepanjang sore dan malam itu. Muhrislah yang agak kerepotan karena harus meminta Hana agar berjanji tidak memberitahukan
keberadaan Pertiwi kepada orang tua mereka. Hana sebetulnya tidak susah dibujuk. Hanya saja
keberadaannya menyulitkan karena ciuman-ciuman harus dilakukan secara hati-hati. Peluk dan cium beberapa waktu yang lalu memang mendapatkan perlawanan (meski setengah
hati) dari Pertiwi. Tapi hal itu tak berlaku malam ini, karena kini Pertiwi merasa lebih santai dan bebas. Di satu kesempatan Muhris memeluknya sembari mencium bibirnya sekilas. Di kesempatan lain ia dipeluk dari belakang, tepatnya saat ia mencuci piring bekas makan malam
dan pria itu mengendap-endap dari belakang dan begitu saja melingkarkan tangan di
pinggangnya. Pertiwi sempat menjerit pelan dan berusaha meronta, tapi tangannya yang memegang piring
dipenuhi busa sabun hingga susah untuk bergerak. Ia hanya menggelinjang pelan dan merengek lemah, saat pelukan itu makin erat dan ciuman di
pipinya membuatnya terbius. Hampir saja Hana melihat perbuatan mereka, kalau Muhris tidak buru-buru melepaskan pelukan di
pinggang yang ramping itu. Setelah mandi malam yang menyenangkan, di dalam bath-tub air hangat yang penuh busa dan
peralatan mandi yang lengkap milik Umi Muhris, Pertiwi bergabung dengan kakak beradik di
ruang TV. Ia mengenakan busana malam yang lebih santai (setidaknya untuk ukuran gadis berjilbab);
kemeja kaus lengan panjang putih bermotif garis warna biru dengan bawahan rok katun
berwarna biru lembut, dipadukan jilbab simpel berwarna biru senada. Parfum aroma bunga khas remaja ia seprotkan di tempat-tempat yang tepat untuk menyegarkan
dirinya. Lalu ia duduk di samping Hana yang sedang tertawa menyaksikan film kartun di televisi. Mata Pertiwi saat itu tertuju penuh ke televisi, namun pikirannya terbang ke alam tertinggi yang
penuh imajinasi. Pelukan dan ciuman hangat dari Muhris mau tak mau membangkitkan gairah terpendam yang
selama ini tersembuyi jauh di dasar jiwanya. Ia mengalami semacam sensasi aneh yang baru dikenalnya, yang sangat memabukkan dan
membuatnya lupa diri. Jam baru pukul delapan malam namun kegelisahannya telah memuncak. Pertiwi tak tahu—atau mungkin tak berani mengakui—bahwa dirinya telah dipenuhi sensasi seks
yang menyenangkan. Terlebih ini adalah masa-masa suburnya. Letupan-letupan kecil yang dipicu oleh Muhris
membuatnya perlahan-lahan tebawa ke arus deras, hingga sulit terbendung oleh keremajaannya
yang sedang membara. Penghalang dirinya untuk melakukan hal-hal yang lebih seronok adalah rasa malu, takut serta
ketidaktahuan yang besar tentang kondisi-kondisi semacam ini. Tapi pancingan-pancingan yang dilakukan oleh Muhris dengan lihai membawanya pada
pengalaman-pengalaman terlarang yang sangat menggairahkan. Semuanya akibat kepolosan
sang gadis remaja. Jam delapan lewat dua puluh menit Muhris bangkit dari duduknya dan menarik tangan Pertiwi
agar mengikutinya. Hana tak sadar karena ia terfokus pada acara televisi. Pertiwi menurut dan dadanya berdebar kencang saat Muhris menariknya ke lantai dua. Kalau Pertiwi sedikit lebih gaul, ia akan tahu Muhris bermaksud melakukan sesuatu, tapi Pertiwi
jauh lebih polos dari yang orang kira, hingga ia justru merasa senang saat Muhris mengajaknya
untuk melihat-lihat kamarnya. Ia senang bisa tahu isi dalam kamar kekasih yang ia cintai. Pertiwi kagum pada suasana kamar
Muhris yang menyenangkan. Ia juga terkejut saat menemukan foto dirinya dalam pose separuh badan terpampang di dinding
kamar. Foto itu ditutupi Muhris oleh poster pemain bola, hingga tidak ada yang tahu bila setiap
malam ia menarik poster itu dan memandangi foto gadis yang tersenyum manis di sana. Pertiwi setengah lupa tentang kapan ia membuat foto itu. Ia merasa foto itu lebih cantik dari
aslinya. Tapi Muhris menjelaskan bahwa program komputer photoshop dapat melakukan banyak hal,
seperti membuat gadis secantik dirinya terlihat lebih segar dan mempesona. Pertiwi tersipu malu. Tapi itu belum seberapa, karena tiba-tiba Muhris menarik dirinya agar
berhadapan, lalu mengeluarkan sepasang anting mutiara dari kotak beludru di saku celananya. Pertiwi terperanjat. Muhris berbisik mesra, “Ini pasangan kalung yang pernah kuberikan. Aku
mau kamu mengenakannya…” Mata Pertiwi berkaca-kaca. Kalau saja ia berani, ia sudah memeluk pria di hadapannya dan
menciumnya bertubi-tubi. Tapi ia terlalu malu untuk melakukan hal semacam itu. Ia hanya salah tingkah, saat Muhris
meletakkan anting-anting itu di telapak tangannya dan berkata lagi, “Aku pasangkan sekarang,
ya…”
“Tapi…” Suara Pertiwi serak dan lirih.
“Tapi kenapa?”
“Pertiwi malu…” “Kok malu? Bukankah kita saling mencintai?! Masihkah kita saling tertutup?” Pertiwi bingung untuk menjawab, karena ini adalah momen pertama dalam hidupnya ketika ia
harus membuka jilbabnya di hadapan seorang laki-laki. Wanita-wanita yang biasa berbikini di kolam renang atau berpakaian seksi di Mall-mall tentu tak
akan paham kenyataan ini. Tapi Pertiwi adalah perempuan yang sejak belasan tahun lalu selalu menutup seluruh bagian
tubuhnya dan tak memamerkannya pada siapapun kecuali keluarganya. Melepas jilbab baginya sama seperti melepas rok di depan kamera bagi gadis keumuman. Aneh? Memang! Tapi itulah kenyataannya. Ia setengah menangis saat tak kuasa menolak
permintaan Muhris yang menyudutkan itu. Ia memang diam. Tapi dadanya bergemuruh hebat saat jemari Muhris melepasi jarum dan peniti yang menyemati
jilbabnya. Ia tertunduk dalam dan menahan nafas saat tangan kekasihnya menarik lepas jilbabnya. Tangannya yang gemetar meremas-remas ujung kaus, dan tanpa sadar ia menggigit bibirnya
sendiri saat Muhris menarik dagunya agar mereka bisa saling bertatapan serta membelai
rambutnya dengan mesra; rambut yang hitam lurus sepanjang bahunya. “Kamu cantik sekali, Pertiwi…” Suara itu terdengar lirih, dan Pertiwi hanya terpejam menahan
semua perasaannya. Itu adalah ekspresi terbodoh yang pernah ia lakukan, atau justru yang terbaik, karena semuanya
mendorong Muhris untuk mengecup bibirnya dengan lembut. Ciuman hangat dan penuh cinta, membawa Pertiwi terbang tinggi dan melupakan dunia ini. “Mmmh…” Pertiwi hanya terpejam pasrah. Tubuhnya gemetar hebat. Tapi mulutnya terbuka
lebar saat lidah Muhris mulai menjulur dan menggelitiki rongga mulutnya. Lidahnya ikut bergerak meski masih sangat kaku, saling menggelitiki untuk mendapatkan sensasi
aneh yang sempurna. Tangannya begitu saja memeluk lengan Muhris yang kokoh, yang saat itu tengah
melingkarkannya di pinggangnya sendiri. Waktu seakan berhenti. Dan keduanya terpaku seperti sepasang patung sihir. Hanya helaan nafas
yang terdengar di sela-sela ciuman membara dan dipenuhi gelora cinta. Kedua tubuh itu merapat dan saling bergesekan, seakan tak dapat terpisahkan. Saling memberikan rasa hangat yang aneh dan membangkitkan seluruh saraf yang tertidur.
Keduanya baru berhenti ketika nafas mulai habis dan terengah-engah kelelahan. Pertiwi kaget dan merasa malu sekali. Mulutnya basah akibat ciuman panas itu. Tapi ia tak dapat berbuat apa-apa selain menanti yang terjadi selanjutnya. Ia membiarkan Muhris memasang anting-anting di kedua telinganya. Ia menahan rasa geli saat jari
jemari Muhris seakan menggelitik kedua telinganya, dan menurut saja ketika pria itu menuntunya
ke hadapan cermin besar. “Lihat… Kamu cantik sekali..” Pertiwi melihat sekilas ke cermin, menyaksikan dirinya sendiri tanpa jilbab, dengan dihiasi anting-
anting dan kalung mutiara dari kekasihnya. Ia merengek manja dan menutup muka dengan telapak tangannya. “Aah… Muhris jahat… Pertiwi
malu…” “Malu sama siapa?” Mereka bercanda dengan mesra dan lebih hangat. Ciuman tadi telah menyingkapkan tabir kekakuan yang telah terbentuk selama ini. Mereka kini
lebih mirip sepasang kekasih, dengan pelukan dan ciuman hangat yang sarat nuansa cinta. Pagi itu adalah pagi terindah bagi Pertiwi. Menghidangkan sarapan di meja makan untuk Muhris
membuatnya merasa seperti seorang istri yang melayani suaminya. Muhris dan adiknya sangat puas dengan masakannya. Canda tawa menghiasi makan pagi mereka
yang berlangsung dengan santai. Seusai makan Hana langsung berangkat sekolah, meninggalkan sepasang sejoli yang dimabuk
asmara itu tanpa kecurigaan apapun. Membiarkan keduanya menikmati hari dalam kemesraannya. Tapi, kalau kamu berpikir malam itu
keduanya melakukan hubungan-hubungan khusus suami istri, percayalah bahwa kamu salah
besar. Mereka masih terlalu penakut untuk melakukan hubungan yang lebih jauh. Meskipun ciuman mereka semakin panas, aktivitas lain masih terhitung sopan karena tangan
Muhris tak pernah bergerilya seperti tangan para professional. Masih tetap pelukan sopan yang tak melibatkan rabaan ataupun sentuhan lain. Keduanya tidur
terpisah dan tak ada aktivitas nakal di malam hari. Pertiwi pulang dari rumah Muhris sekitar pukul sepuluh pagi, setelah banyak ciuman tambahan
sehabis sarapan dan mandi pagi. Kepada orang rumah ia bilang sekolah pulang cepat. Seharian ia lebih banyak mengunci diri dalam kamarnya, menikmati sensasi imajinasi yang
semakin liar dibanding waktu sebelumnya. Pertemuan selanjutnya ternyata lebih lama dari yang
diduga. Keduanya benar-benar tersibukkan oleh tugas-tugas sekolah, hingga baru bertemu lagi (untuk
berduaan tentunya) dua minggu setelahnya. Keluarga Muhris berlibur ke rumah nenek di luar
kota. Alasan ujian membuat Muhris bisa menghindar dari paksaan orang tuanya, sehingga rumahnya
bebas selama satu minggu penuh. Itulah saat yang tepat untuk bermesraan dengan Pertiwi, dan ia telah menyiapkan banyak hal
untuk pekan yang istimewa itu. Pertiwi datang pagi hari itu dengan mengenakan seragam sekolahnya. Perpisahan yang cukup lama ternyata membuat gadis itu lebih agresif, sehingga, meskipun tetap
Muhris yang harus memulainya, Pertiwi memberikan balasan yang sedikit liar dan nakal. Muhris
sampai megap-megap kewalahan. Sesudahnya mereka tertawa-tawa sambil berpelukan di atas sofa, sembari mata mereka menatap
layar TV tanpa bermaksud menontonnya. Sekitar menjelang siang Pertiwi dibonceng Muhris untuk main ke Mall M. Setelah itu dilanjutkan ke
taman L dan bermain sepeda air di sana. Mereka juga melakukan banyak hal yang menyenangkan, yang membuat mereka lupa waktu. Hari telah senja ketika keduanya memutuskan untuk pulang, saat langit berubah gelap dan tiba-
tiba saja menjadi hujan yang sangat deras sebelum keduanya tiba di rumah. Tak sampai lima menit ketika keduanya berubah basah kuyup, dan Pertiwi telah menggigil
kedinginan saat perjalanan belum mencapai setengahnya. Keduanya tiba di rumah saat menjelang makan malam. Oleh-oleh yang mereka beli di jalan telah
basah kuyup dan tak ada satu bagianpun yang kering dari diri mereka. Tubuh Pertiwi menggigil hebat dan wajahnya pusat pasi. Bibirnya agak membiru. Muhris bergegas
membawa gadis itu ke dalam rumah dan menyiapkan air panas di bath-tub kamar atas. Sementara menunggu gadis itu mandi, ia menyiapkan dua gelas susu coklat panas dan sekaleng
biskuit kacang. Ia sendiri langsung mandi setelah itu, dan keduanya selesai setengah jam
kemudian. Pertiwi baru sadar bahwa ia tidak memiliki pakaian ganti, dan kebingungan sampai mengurung
diri di kamar mandi. Muhris berusaha meminjamkan pakaian ibunya, tapi pakaian bersih ibunya
terkunci dalam lemari. Sementara itu pakaian Hana juga tak muat dan terlalu kecil. Untunglah Muhris ingat bahwa di
kamar tamu ada pakaian-pakaian saudara sepupunya, yang biasa disimpan di sana untuk dipakai
jika menginap di rumah Muhris. “Tapi… Sepupuku tidak berjilbab. Jadi pakaiannya agak… Kamu coba aja deh cari yang pas. Aku tunggu di ruang TV…” Pertiwi kebingungan sendiri di kamar tamu itu. Ia agak risih karena
semua pakaian di dalam lemari itu adalah pakaian-pakaian yang gaul, serba ketat dan serba
minim. Cukup lama ia memilih dan tidak menemukan juga pakaian yang cocok untuk dirinya, sehingga ia
memilih pakaian yang menurutnya agak paling sopan. Tapi tetap saja serba minim. Dengan malu ia mengenakan pakaian pilihannya dan menghampiri kekasihnya di ruang TV. Wajah Muhris berubah kaget dan matanya bergerak kesana-kemari; mata yang biasa Pertiwi
temukan pada pria-pria nakal di pinggir jalan. Tapi Pertiwi tahu semua ini karena dirinya, dan setengah menangis ia berusaha menutupi
keterbukaan dirinya dengan kedua tangan. Bagaimana tidak?! Inilah pertama kalinya seumur hidup ia mengenakan pakaian minim di hadapan
seorang pria, meskipun itu adalah kekasihnya juga. Sepupu Muhris bertubuh lebih pendek dan kecil dari dirinya, sehingga kaus pink tipis bergambar
Barbie yang ia kenakan benar-benar melekat ketat di tubuhnya, menampakkan lekuk-lekuk yang
nyata dan mempesona. Bahkan bagian pusarnya tidak betul-betul tertutupi, meskipun berkali-kali ia berusaha menarik
kaus itu ke bawah. Sementara itu, celana hijau lumut selututnya juga sama ketatnya, dan tidak benar-benar selutut,
karena tubuh Pertiwi yang tinggi. Pertiwi sebetulnya memiliki kulit yang putih bersih dan lekuk yang indah, sehingga ia nampak
cantik menawan dengan pakaian seksi itu. Terlebih rambut panjangnya masih setengah basah, menciptakan sedikit gelombang yang
menambah aura kecantikannya. Tapi Pertiwi tak terbiasa dengan hal-hal seperti itu, hingga ia merasa dirinya buruk dan norak. Ia
takut Muhris meledeknya, serta jengah dengan keterbukaannya sendiri. “Kamu cantik sekali, Pertiwi…” Suara Muhris terdengar bergetar, dan Pertiwi merinding ketika
pria itu malah mendekatinya dan berusaha memeluknya. Ia berusaha menghindar dan tangannya menolak pelukan Muhris. “Pertiwi malu… Jangan, Muhris… Jangan…” “Lho… Kenapa?” Pertiwi hanya menggeleng dan Muhris berusaha menghormatinya. Mereka menghabiskan malam
dengan menonton TV dan menghabiskan susu hangat di meja. Namun Pertiwi agak lebih pendiam dan gelisah. Tangannya terus-terusan memeluk bantal besar,
berusaha menutupi apa yang ada di baliknya. Ia tak tahu bahwa pria di sebelahnya lebih gelisah lagi, meski alasannya sedikit berbeda. Ia terlalu sibuk oleh pikirannya sendiri hingga tak sadar bahwa mata Muhris terus menelusuri
dirinya, seolah berusaha menelanjangi. Awalnya Pertiwi tak sadar pada sentuhan itu. Berkali-kali Muhris mencium pipinya, tapi ia menganggap wajar hal tersebut. Itu hal yang biasa
mereka lakukan, dan Pertiwi menganggapnya sebagai sun sayang yang biasa ia dapatkan. Tapi Muhris kini telah melingkarkan tangan kiri melalui sandaran sofa dan mendarat di bahunya.
Sedang tangan kanan diletakkan di atas lutut Pertiwi yang terbuka. Cuaca memang sangat dingin akibat hujan yang tidak juga berhenti, hingga elusan di lututnya
terasa nyaman dan menghangatkan, membuat Pertiwi setengah tak sadar ketika elusan itu makin
merambat ke atas pahanya yang sedikit tersingkap. Pertiwi sangat suka nonton sinetron dan tayangan di TV adalah sinetron favoritnya. Adegan dan
kata-kata romantis di layar kaca seperti memberi hipnotis tersendiri. Adegan ciuman memang disensor, tapi hal itu justru membuatnya tak kuasa menolak saat ciuman
Muhris beralih ke bibir basahnya. Untunglah saat itu sedang iklan, hingga ciuman dari Muhris dapat diterima oleh Pertiwi
sepenuhnya, yang baru sadar bahwa posisi duduk kekasihnya sangat mengintimidasi dirinya. Tapi ciuman itu begitu manis dan menyenangkan, memunculkan rasa hangat yang menggelora
yang sangat ia rindukan. Tak perlu menunggu lama untuk membangitkan hasrat gadis itu. Pengalaman telah mengajarkan banyak hal kepadanya, sehingga lidahnya langsung menyambut
saat Muhris mulai mengajaknya bermain-main. Bibir Pertiwi termasuk agak tipis, merah dan masih alami. Namun lidahnya lincah dan pandai
bergerak. Dengan daya dukung kecerdasan di atas rata-rata, ia menjadi gadis yang cepat belajar dan tahu
bagaimana cara memuaskan lawan mainnya. Muhris sendiri sangat kaget dengan kecepatan Pertiwi dalam mempelajari teknik-tekik baru,
hingga di akhir pertandingan lidah mereka, ia membiarkan sang gadis mengalahkannya hingga
pipi gadis itu merona akibat agresivitasnya sendiri. Ketika berciuman Pertiwi lupa pada apapun. Tapi setelah selesai ia baru sadar bahwa sejak tadi
tangan kanan Muhris terus-terusan membelai-belai pahanya, bergantian antara kanan dan kiri. Kini ia benar-benar merasakan rangsangan itu, rangsangan yang lebih terkesan dewasa dibanding
sekedar ciuman bibir. Tangannya bertindak cepat, mencegah Muhris sesaat sebelum tangan kekasihnya itu menyentuh
bagian pangkal pahanya. Mulut mereka terdiam dan hanya mata yang berbicara. Muhris meminta, Pertiwi menolak halus.
Tangan Muhris bergerak lagi, tapi Pertiwi mencegah lagi. Muhris tersenyum manis. “Maaf, ya… Aku kelewatan…”
Pertiwi ikut tersenyum. “Lebih baik kita dengar musik aja, ya! Kita berdansa. Seperti di film.” Pertiwi diam menunggu dan manut saja pada apa yang diinginkan kekasihnya. Suara lembut
mengalun dari player, dan tangan Muhris menjulur padanya. Pertiwi grogi karena ia belum pernah berdansa sebelumnya. Muhris meyakinkan bahwa ia sama
tidak tahunya seperti Pertiwi. Jadi tak usah malu karena mereka hanya berdua di sini. Dengan langkah-langkah kaku tubuh mereka bergerak pelan, saling berpelukan. Keduanya
tertawa pada gerakan masing-masing, tapi tetap merasa senang karena ciuman dimulai lagi
beberapa saat sesudahnya. Tubuh Pertiwi hampir sama tingginya dengan Muhris, hingga ia tak perlu berjinjit untuk
menyambut pagutan pria itu. Ia tak tahu bahwa kecantikannya makin memesona diri Muhris dan
keremajaannya terus memancing-mancing gairah. Belum lagi aroma parfum menebar dari seluruh tubuhnya. Tangan Muhris tak tahan untuk tidak
mengelus-elus tubuh bagusnya, bergerak dari pinggang ke arah atas. Pertiwi masih setengah menganggap elusan itu adalah bagian dari gerakan berdansa. Ciuman bibir Muhris membuat tubuhnya lemas, hingga elusan itu ia nikmati saja seperti halnya
ciuman di bibirnya. Terasa geli saat menyentuh bagian samping dadanya.“Mmmh… Mmhhh…” Elusan tangan
Muhris makin mengarah ke dada Pertiwi, membelai-belai benda yang lunak dan empuk itu. Gadis itu mengejang karena rasa aneh yang melandanya. Itu adalah sentuhan pertamanya, dan ia
masih sangat sensitif. Tangannya secara refleks berusaha mencegah, tapi Muhris yang tak mau gagal lagi berusaha
menahan Pertiwi agar tetap diam. Ciumannya makin liar hingga Pertiwi tak bisa mengelak. Remasan di dadanya terasa makin nyata,
membuat Pertiwi terengah-engah akibat rangsangan hebat di tubuhnya. Ia tak kuasa mencegah remasan itu, karena bagaimanapun dirinya ternyata menikmatinya.
Keduanya terengah-engah akibat ciuman yang panjang itu. Sedang muka Pertiwi makin memerah, karena ia benar-benar terangsang oleh remasan tangan
Muhris di dadanya. Payudaranya yang berisi membuat genggaman Muhris terasa penuh. Ia membiarkan dirinya terdesak ke dinding, hingga ia tidak sampai merosot jatuh saat remasan
tangan Muhris makin lincah dan mempermainkan puncaknya yang masih tertutup kaus. Ia hanya mendongak setengah terpejam dan tangannya yang bingung merapat ketat di tembok.
Ia makin belingsatan karena di saat yang bersamaan ciuman Muhris mendarat di dagu dan
lehernya bertubi-tubi. Lehernya cukup panjang dan jenjang, hingga kepala Muhris dapat terbenam di sana dan
memagut-magutnya seperti ular. Pertiwi merasakan air mata mengalir lewat sudut matanya. Ia sangat kebingungan mengenali
perasaannya saat ini. Remasan tangan kanan Muhris berganti menjadi ciuman bibir. Ia sempat menunduk dan hanya
melihat rambut kekasihnya. Kepala Muhris terbenam di buah dadanya yang telah mengeras kencang, dan Pertiwi dapat
mendengar kecipak-kecipuk saat Muhris melahap dadanya itu dengan sedikit buas. “Muhris… Muhris… Ohhh. Apa yang kamu lakukan sama Pertiwiaa… Mmhhh… Jangan, Ris…
Aahh…” Muhris telah menggulung kaus ketatnya ke arah atas, berusaha menyingkapkannya agar buah
dada itu lebih leluasa dinikmati. Lelaki itu terus meremas-remas dengan lembut dan penuh
perasaan. Menjepit dan mempermainkan putting susunya yang masih tertutup BH tipis berwarna krem. Mungkin Muhris merasa gemas mendapati payudara yang demikian empuk dan kenyal itu,
payudara perawan yang masih sangat sensitif dari sentuhan. Keadaan Pertiwi kini sungguh mengenaskan. Kekasihnya menyerangnya di berbagai tempat,
mempermainkan dirinya seperti sebuah boneka. Bibir dan tangan kiri di payudaranya, tangan kanan di sela-sela pahanya. Semuanya adalah
sensasi yang baru pertama kali ia rasakan. Dulu ketika ia belum pernah mengalaminya, ia selalu berjanji bahwa ia hanya akan melakukan ini
dengan suaminya di atas ranjang pernikahan. Dulu ketika hal ini tak pernah terbersit dalam benaknya, ia sangat yakin mampu menjaga
kehormatannya. Tapi kini ketika benar-benar mengalaminya, ia tak tahu apakah ia akan tetap
sekuat itu. Sentuhan-sentuhan ini terlalu melenakan dirinya, dan membangunkan perasaan rindunya yang
telah lama terpendam. Ia sangat bingung hingga hanya mampu meneteskan air mata dan
meremas remas rambut Muhris. “Aku sayang kamu, Pertiwi… Mmmh… Aku sayang kamu…” Terdengar rayuan Muhris di sela-
sela kesibukannya. Pertiwi hanya mampu menjawabnya dengan erangan-erangan aneh, karena saat itu tangan
kanan Muhris telah menembus langsung ke pangkal pahanya. Jari jemari pria itu menggosok-gosok dan mempermainkan di tempat yang paling sensitif, hingga
Pertiwi merasakan celananya basah oleh cairan yang tak ia kenal sebelumnya. Memang sentuhan tersebut bukanlah sentuhan langsung karena tubuh Pertiwi masih tertutup CD
tipis dan celana ketatnya. Tapi ini adalah sentuhan pertamanya, dan semuanya sudah lebih dari cukup untuk
membangkitkan rangsangan dahsyat itu. Apalagi setelah beberapa lama Muhris tidak juga menghentikan aktivitasnya, melainkan
menggesek-gesek dengan lebih liar. Kemaluannya terasa seperti diaduk-aduk, hingga makin lama ia makin merasakan desakan yang
aneh sangat sulit ia pahami. Ia tak dapat menahan perasaannya. Ia terus mengerang…
mengerang… hingga desakan itu makin menuju ke arah puncak… Ia tak sanggup bertahan lagi… “Aaahh… Aaahh… Akhhhhh….” Pertiwi menjerit panjang saat orgasme melanda tubuhnya
untuk pertama kalinya. Tubuhnya mengejang kuat, melengkung seperti busur. Kakinya merapat menjepit tangan Muhris
yang tak juga berhenti bergerak. Ia merasakan letupan-letupan dahsyat seperti sebuah terpaan
badai. Dunia dipenuhi warna yang berpadu dengan indahnya. Cerita permainan seks siswi jilbab perawan ini akan bersambung ke Cerita permainan seks siswi
jilbab perawan part 2 jadi tongkrongin terus situs cerita dewasa indonesia ini!
JANGAN LUPA DI LIKE YAH.!!

Cerita Dewasa Nikmatnya Vagina Riri Abg SMP


Sebelumnya kuperkenalkan dulu siapa diriku. Namaku Nunu, seorang mahasiswa semester pertama di universitas JS di kota P dan nama pacarku Rirrie, sekolah di SMU Negeri 1 kelas III di kota P juga. Wajahnya cantik walaupun tidak secantik bintang sinetron, manis tepatnya. Punya alis mata yang hitam tebal yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Dengan hidung yang mungil lucu plus
bibir "dower" yang selalu merah dan dihiasi dengan gigi yang sedikit tidak teratur tetapi justru giginya itu yang menjadi daya tariutamanya. Tingginya sekitar 155 cm, berat 47 kg. Badannya mungil tapi montok. Bahu yang datar dan badan yang tegap dihiasi dengan sepasang payudara indah berukuran 32B yang proporsional sekali dengan tubuhnya. Pantat yang terbentuk rapi disertai sepasang kaki yangindah, terutama betisnya. Pinggang yang ramping, perut yang datar dan pinggul yang tidak terlalu besar. Tapi sungguh, dengan keadaan tubuh seperti itu, tidak ada pria yang bisa menahan napsunya jika melihatnya sedang telanjang bulat. Tentu saja.Kejadian ini kualami kalau tidak salah hari Kamis tanggal 7 Desember1998. Aku barus saja menjemputnya pulang sekolah jam setengah dua siang. Biasanya sich dia bawa motor sendiri, cuman hari itu entah kenapa dia berangkat sekolah naik becak. Jadinya saat pulang sekolah dia menelponku minta dijemput. Panas sekali hari itu. Saat sampai di rumahnya aku tidak langsung pulang. Aku mampir sejenak buat sekedar menghilangkan rasa haus. Aku duduk di ruang tamu, di sofa yangpanjang, sementara dia mengganti baju sekolahnya dengan gaun santai. Entah model apa bajunya, yang jelas dia memakai kaos dengan celana pendek yang berbahan kaos juga. Dia tampak seksi sekali dengan dandanan seperti itu. Dia balik sambil membawa segelas sirup dingindan kemudian tiduran di sofa dengan posisi kepalanya di pangkuanku.

Kami pun berbasa-basi, saling menanyakan kabar masing-masing. Karena memang kita sudah lama tidak ketemu. Aku barusan pulang dari Jogja, tinggal di sana beberapa hari. Dia orangnya memang gampang sekali kangen sama pacarnya. Ditinggal beberapa hari saja sudah sepertisebulan hebohnya. Dan kalau dia sedang kangen, rugi aku kalau tidak ada di sisinya. Tau maksudnya kan?

Lalu kami mulai bercerita tentang kegiatan kami masing-masing selama ini sambil sesekali saling mencumbu, berciuman dan berpagutan mesra. Saling memainkan lidah. Kubiarkan mulutnya melumat bibirku. Kubiarkan giginya menggigit lembut bibirku. Kurasakan lidahnya menari-nari di dalam mulutku. Napasnya yang lembut mendera wajahku. Oh ya, aku paling suka "kissing" dengannya saat dia sedang makan coklat. Rasanya jadi tambah enak. Dan seperti biasa kalau kami sedang berasyik
masyuk, kedua belah tanganku selalu menari-nari di tubuhnya. Selalu! Orang dianya sendiri yang minta buat dijamah. "Pokoknya kalau kamu sedang mencumbuku, sekalian dech tangan kamu ngerjain tubuhku. Biar tidak nanggung. Tapi harus di bagian yang sensitif. Seperti di daerah
sini, sini dan di sini!" katanya kepadaku suatu waktu sambil
tangannya menunjuk leher, dada dan bawah perutnya. Enak katanya. Akunya sich oke-oke aja. Siapa yang bakal menolak ditawarin kerjaan seperti itu.


Mulailah pekerjaanku. Kudekatkan kepalaku ke lehernya, kukecup perlahan leher itu kemudian kugigit perlahan. Dia mendongakkan kepalanya tanda dia merasa kegelian. Kucium daerah telinganya dan kukulum bagian telinga yang menggelambir. Dia mendesah perlahan dan
kemudian melingkarkan kedua tangannya ke leherku. Tangan kananku pun berusaha menopang punggungnya agar tubuhnya sedikit tegak dan tangan kiriku segera kumasukkan ke balik bajunya, mengakibatkan kaosnya terangkat sampai ke perut. Tanganku menyentuh kulitnya yang halus. Menyusup ke punggungnya untuk melepas tali BH-nya. Dan mulailah tanganku menjelajahi bukit barisan itu. Kuremas payudaranya, terasa lembut sekali, diapun merintih. Kupilin putingnya, dia mengerang.
Kutarik puting itu dan diapun mendesah. "Ahh..!" Kuputar-putar jariku di sekitar puting itu "Sshhh..!" Dia mengerang merasakan kenikmatan itu. Kuremas-remas buah dada itu berulangkali, kucubit bukit itu. Rasanya kenyal sekali. Nggak bakalan bosan walaupun tiap hari aku disuruh menyentuhnya.

Lalu tanganku pun turun menyusuri perutnya, menuju hutan tropis. Masuk ke dalam celana dalamnya yang terbuat dari kain satin dengan sedikit renda pada bagian vaginanya. Kutemukan tumpukan kecil daging yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Kugunakan jari telunjuk dan jari manisku untuk membelah labianya yang masih terasa liat sementara jari tengahku kumasukan sedikit ke dalam liang senggamanya. "Mmhhh..." Dia kegelian. Kedua kakinya nampak terjulur lurus, sedikit menegang.
Kucari seonggok daging kecil diantaranya. Bagian yang mampu mengantarkan seorang wanita merasakan apa arti hidup yang
sesungguhnya. Setelah kutemukan mulai tanganku memainkannya. Kusentuh klitoris itu lembut sekali, namun akibatnya sungguh luar biasa.
Tubuhnya menggelinjang hebat dengan kedua kaki terangkat ke atas menggapai-gapai di udara. Dia melenguh dengan mata terpejam dan lidah yang menjilati bibirnya. Langsung kulumat mulutnya. Dia pun membalas dengan ganas. "Uuhhhh..." Lalu tangan kiriku berusaha menarik
klitorisnya, kupencet, kusentil, kupetik, kugesek dengan jari tengahku. Dia memang paling suka disentuh klitorisnya. Dan kalau
sudah disentuh, bisanya seperti orang sakau. Mendesah, mengerang, dan menggigil.


Pernah suatu ketika aku ditelpon supaya datang ke rumahnya cuma untuk "memainkan" klitorisnya. Ya, ampuun... setelah puas bermain api, kami pun mencari air untuk menyiramnya. Ehh.. sorry, ngelantur. Tak lama kemudian dia mengajakku ke lantai dua.


"Mas, naik ke atas yuk?" "Mo ngapain?" tanyaku.
"Ke kamarnya Mbak Dian, di sini panas. Ada AC di sana." "Boleh!" aku setuju.


Kami pun naik ke lantai dua. Satu persatu anak tangga itu kami lewati
dan kami pun masuk ke kamar Mbak Dian. Aku langsung tiduran di tempat tidur, sementara dia menyalakan AC-nya. Lalu dia rebah di sampingku. Kami bercerita lagi dan bercumbu lagi. Kali ini kulepas kaosnya,
setumpuk daging segar menggunung di dadanya yang tertutup BH semi transparan seolah ingin melompat keluar. Waw, menantang sekali dan kemudian dengan kasar kusentakkan BH itu hingga terlepas, lalu terhamparlah pemandangan alam. Nampak Sindoro Sumbing yang berjejer rapi. Bergelanyut manja di dadanya. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan kokoh tegak ke atas mengerling ke arahku menantang untuk kunikmati. Payudaranya betul-betul indah bentuknya, terbungkus kulit

kuning langsat tanpa cacat sedikitpun, yang tampak membias jika terkena cahaya, yang menandakan payudara itu masih sangat kencang. Maklum payudara perawan yang rajin merawat tubuh. Namun dengan payudara seperti itu, jangankan menyentuh, cuma dengan memandangnya saja kita akan segera tahu kalau payudara itu diremas akan terasasangat lembut di tangan.

Kudekatkan wajahku ke dadanya. Mulutku kubuka untuk menikmati kedua payudaranya. Bau harum khas tubuhnya semerbak merasuk ke dalam hidungku. Kuhisap salah satu putingnya, kugigit-gigit kecil. Lidahku bergerak memutar di sekitar puting susunya. Dia mengejang kegelian. Menjambak rambutku dan ditekankan kepalaku ke dadanya. Wajahku terbenam di sana. Kugigit sedikit bagian dari bukit itu dan kusedot
agak keras. Nampaklah tanda merah di sana. Puas kunikmati dadanya, mulailah ada hasrat yang menuntut untuk berbuat lebih. Tampak juga di wajah Rirrie. Matanya menatapku sayu. Wajahnya memerah dan napasnya memburu. Kalau dia dalam keadaan seperti ini, dapat dipastikan diasedang terangsang berat. Dan aku yakin kemaluannya pasti sudah basah.

Aku bertanya padanya, "Rie, sekali-kali kita ngewek yuk!" "Ah, tidak mau ah!" dia menolak.
"Kenapa?" tanyaku. "Aku malu," jawabnya.
"Malu sama siapa?" tanyaku lagi.
"Aku malu diliat bugil. Aku malu kamu liat anuku." terangnya.
"Lho, kamu ini aneh. Masa hampir tiap hari kupegang memek kamu, cuma ngeliat malah tidak boleh?" tanyaku keheranan.
"He.." dia tertawa manja. Otakku bekerja mencari akal.
"Atau gini aja, kamu ambil selimut buat nutupin tubuh kamu. Ntar kita
cari gaya yang bikin memek kamu nggak keliatan," usulku sembarangan, nggak taunya dia setuju.
"Iya dech Mas"
Aku girang setengah mati. Lalu dia pun turun ke bawah mengambil selimut. Tak lama kemudian dia sudah ada di hadapanku lagi dengan sebuah selimut batik di tangannya. Lalu selimut itu diserahkannya kepadaku.

"Nah, sekarang kamu lepas semua pakain kamu!" perintahku.
Dia pun segera melepas semua pakaiannya. Sungguh anggun cara dia melepas pakaian. Perlahan namun pasti. Apalagi saat dia mengangkat

kedua tangannya untuk melepas penjepit rambut yang menyebabkan rambutnya terurai indah menutupi sebagian pundaknya. Oh, cantik sekali dia. Berdiri telanjang tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Layaknya seorang bidadari. Dengan payudara yang kencang mengantung indah, dengan bulu halus yang tertata rapi menghiasi bagian bawah perutnya. Dan ketika sadar dirinya telanjang bulat, secepat kilat dia merampas selimut yang ada di tanganku dan digunakanya untuk menutupi tubuhnya. Kusuruh dia untuk naik ke atas tempat tidur dalam posisi merangkak membelakangiku. Aku segera
melepas seluruh pakaianku. Dia menengok ke belakang dan tak sengaja menatap penisku yang sudah tegang berat dan langsung memalingkan wajah. Jengah. Sambil merajuk manja. "Ihhh..."

Walaupun kami sering bercumbu tapi kami belum pernah saling mempertontonkan alat vital masing-masing. Kalau saling pegang atau sekedar nyentuh sich sering. Makanya jangan heran kalau dia jengah waktu melihat penisku. Dan lagi dia itu orangnya pasif.
Penginnya "dikerjain" melulu, tapi kalau disuruh "ngerjain" suka ogah- ogahan. Padahal sebenarnya dia senang sekali kalau disuruh memegang penisku. Tapi itulah dia, dia yang seorang Rirrie yang penuh dengan
tanda tanya. Yang aku pun masih suka bingung untuk mengikuti jalan pikirannya.

Aku pun segera mendekat membawa seluruh amunisi yang kupunya. Siap dalam duel berdarah. Kuangkat sedikit selimut yang menutupi pantatnya dan harum birahi yang amat kusukai dari vaginanya menyebar. Tanganku pun masuk ke balik selimut itu. Mencari daerah jajahan yang harus dikuasai. Meraba-raba sampai akhirnya kutemukan gundukan itu. Terasa benar bulu kemaluannya di jariku.

"Aowww... iiihhh! Mas nakal!" Dia protes ketika aku berusaha mencabut beberapa helai bulu kemaluannya. Sebelumnya buat para pembaca, aku melakukan ini semua tanpa melihat ke arah vaginanya. Bayangkan, bagaimana sulitnya. Soalnya aku belum pernah menatap langsung vagina sekarang ini. Mulai kupusatkan perhatianku di daerah selangkangannya. Vaginanya terasa basah. Pasti dia sudah sangat terangsang. Dan kucari letak lubangnya dengan jariku.


"Ah, geli Mas!" dia tersentak ketika tak sengaja tanganku menyentuh klitorisnya.
"Hore ketemu...!!!" aku teriak kegirangan.

Akhirnya kutemukan lubang itu. Kumasukkan seperempat jari telunjukku ke dalam vaginanya. Sebentar kuputar-putar disana. Pinggulnya bergerak-gerak tanda dia kegelian. Lalu kutarik kembali dan kini
pelan-pelan kusorongkan rudalku untuk mencoba menembus dimensi itu. Saat pertama penisku menyentuh vaginanya, secara refleks dia mengatupkan kedua kakinya.

"Dasar perawan.." kataku di dalam hati.
Lalu perlahan kucoba merenggangkan kakinya. Terasa ada penolakan halus disana.
"Ayo dong sayang, direngganging sedikit kakinya. Katanya pengen di entotin."
Dia nurut, perlahan dia mulai mengangkangkan kedua kakinya. Rudalku pun kembali mencari sasarannya. Mulai menempel di bibir vaginanya. Terasa hangat di situ.


"Aduh Mas, aku deg-degan nich" "Udah kamu tenang aja dech!"
Perlahan tanganku mencoba untuk membuka tabir itu. Kugunakan jemari tanganku untuk menguak vagina itu. Sedikit terbuka. Dan kucoba memasukkan penisku. "Bless!" Kepala rudalku mulai masuk, membuat Rirrie mengerang kesakitan, membuatnya sedikit tidak nyaman.

"Aduh, Mas, sakit nich!" dia merintih.
Kepalanya mendongak ke atas dengan mimik menahan rasa sakit. "Tahan sebentar ya sayang! Sakitnya paling cuma sebentar kok." Kasihan juga sich melihat dia begitu. Tapi demi kenikmatan itu apa boleh buat.
Namun saat kepala rudalku mulai menguak masuk vaginanya, terasa ada energi yang sangat kuat dari dalam vaginanya mencoba untuk menyedot penisku agar masuk ke dalam vagina itu. Sampai pinggulku tertarik
maju membuat seluruh penisku melesak ke dalam lubang itu. "Sleep..."

"Ah, Mas sakit nich!" "Tapi kok enak ya Mas?"
"Makanya kalo pengen lebih enak jangan ribut terus!" kataku.
"Enak tapi kok aneh ya Mas? Kayak ada yang ngganjel," dia ngomong sekenanya.
Aku pun tertawa.
"Kamu santai aja dong, jangan tegang gitu."

Dia menuruti perintahku. Dan sensasi yang belum pernah kami rasakan mulai meresap di diri kami. Penisku rasanya seperti diremas-remas lembut sekali oleh suatu benda asing yang hangat dan basah tak dikenal, disedot-sedot oleh vaginanya. Duh.. nikmatnya luar biasa. Mataku sampai nanar menahan kenikmatan itu. Lembab namun terasa sangat nyaman. Mulai kugerakkan maju mundur pinggangku, kugenjot penisku perlahan dan kemudian sedikit demi sedikit kupercepat genjotanku, kadang-kadang kupelankan sambil kubenamkan sedalam- dalamnya ke lubang vaginanya sampai dia menjerit, "Mas.. Mas aduh yang ini sich enak banget.. tusuk lagi dong yang keras Mas!" Rirrie memohon.

Langsung saja kuturuti permintaannya. penisku bergesekan dengan dinding vaginanya yang membuahkan kenikmatan tersendiri bagi kami. Mengakibatkan bunyi berdecak yang mengiringiku menuju sejuta kenikmatan.


Tidak lama kemudian Ririe mendesah hebat sambil badannya bergerak ke sana-kemari, cepat sekali, badannya meliuk-liuk, tangannya meremas- remas sprei tempat tidur hingga acak-acakan.
"Uuuhh.. enak sekali Mas.. pelanin dong nyodoknya," rintih Rirrie. Kuturuti kemauanya.
"Uh!" nikmat sekali rasanya.

Kupompa perlahan-lahan sambil kunikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhku. Sebentar-sebentar dia menggoyangkan pinggulnya, seolah-olah ingin agar penisku juga merasakan kenikmatan itu. Kedua belah tanganku bergerak kesana kemari menjelajahi bagian belakang
tubuhnya. Kujambak rambutnya dan kudongakkan kepalanya. Kubungkukan badanku lalu kuciumi punggungnya. Kujilati leher itu. Kutampar
perlahan pantat Rirrie. Dia menjerit kecil. Tanganku pun mengarah ke
depan menyambar payudaranya yang menggelantung tak berdaya. Manggut- manggut mengikuti gerakan badannya. Membuatku semakin horny. Payudaranya terasa lebih keras dari biasanya. Mungkin karena dia
sedang dalam kondisi terangsang puncak.

Kuremas-remas dengan kasar. Kupilin-pilin putingnya dan, "Plop..." ya ampun puting itu terlepas. Rambutnya yang panjang melambai-lambai mengikuti irama genjotanku. Matanya terlihat amat sayu dan sebentar- sebentar terpejam. Hingga akhirnya...

"Adduuhh.. Rirrie tidak kuat lagi Mas.." "Rirrie pengen pipis.."
"Masss.. aaakhh.."

Kurasakan dia menekan vaginanya sedalam mungkin sambil menggoyang- goyangkan pinggulnya dan mengatupkan kedua kakinya yang membuat penisku semakin keras terjepit. Namun sungguh, tindakannya justru
makin menambah nikmat gesekan yang kurasakan. Tubuhnya tersentak dan berdiri tegak membelakangiku. Kepalanya disandarkan di bahuku.

"Masss.. enak sekalii.. Hmmm.."
Lalu kulihat kepalanya mendongak ke atas dan kedua bola matanya membalik seperti orang kesurupan. Tangannya bergerak ke belakang memeluk tubuhku. Dan menekan kuat tubuhku seolah ingin menyatukan dengan tubuhnya. Intensitas denyutan vaginanya semakin tinggi dan kekuatan menyedotnya pun bertambah besar. Yang menyebabkan penisku terasa semakin tertarik di liang senggamanya. Kupercepat lagi
genjotanku. Dan akhirnya...

"Ohhh... aaakhhh.. ouch... Mas enak!"
Teriakannya keluar seiring orgasme yang dicapainya. "Seerrr..." cairan bening pun keluar membasahi liang senggamanya. Banjir. Kurasakan suhu di sekitar situ bertambah panas. Sekian lama berlalu tapi Rirrie masih terus memejamkan matanya dan menekan kuat pinggulnya. Menggerak-gerakannya kekiri dan kekanan. Mencoba untuk
menyerap segala kenikmatan yang baru pernah dirasakanya. Dia meracau tak karuan. Saat orgasme yang dialaminya berakhir, dia pun terkulai
lemas. Menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan mata terpejam. Dalam posisi nungging. penisku terlepas dari vaginanya. Tubuhnya bermandikan keringat. Semakin menambah pesona kecantikan tubuhnya. Tak sengaja aku melihat daerah selangkangannya. Ternyata bentuk vaginanya bagus sekali.

Vaginanya yang berwarna merah jambu nampak merekah sedikit monyong dan labia minora-nya nampak sedikit menjorok keluar. Mungkin karena
tadi rudalku berkali-kali membombardir pertahanannya. Vagina itu berdenyut-denyut dan berkilat terkena cahaya. Sedikit darah keluar
dari dalam vaginanya perlahan turun mengalir ke pahanya. Ternyata dia masih benar-benar perawan. Kubiarkan dia untuk mengatur detak
jantungnya. Agar mampu menghimpun kembali energi yang secara mendadak

dikeluarkannya. Sepertinya dia agak shock. Maklum, pengalaman pertama.

"Mas... yang barusan itu enak sekali." Dia berbisik sambil menatapku dengan senyum kecil di sudut bibirnya. Senyum penuh kepuasan. Lalu kurebahkan tubuhnya sehingga dia dalam posisi tengkurap tidur, aku pun merebahkan tubuhku menindih punggungnya. Tanganku bergerak kembali ke arah selangkangannya. Becek sekali di sana. Kucari kembali letak liang senggama itu.

"Ayo sayang buka kembali surga kamu," pintaku.
Perlahan dia mengangkangkan kembali kedua kakinya. Dan kini giliranku untuk memetik kemenangan itu. Begitu melihat Rirrie membuka sedikit saja selangkangannya, semangatku langsung membara lagi. Kuambil ancang-ancang untuk memasukkan kembali penisku. Satu.. dua.. tiga.. dan, "Bleess..." dengan mudahnya penisku menembus vaginanya. Tanpa permisi dan karena sudah tidak sabar langsung kugenjot dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudia kurasakan seluruh urat nadiku menegang dan darah mengalir ke satu titik. Aku akan mencapai orgasme.

"Rie, Mas mau keluar nich.." "Gantian Ya?"
"Iya Mas, dienak-enakin lho!"
Rirrie berkata sambil kembali mengatupkan kedua kakinya. Terasa dia sedikit mengejan untuk memberi kekuatan di daerah perutnya yang mengakibatkan otot-otot di sekitar vaginanya kembali mencengkeram kuat. Semakin kupacu genjotanku dan akhirnya pada saat akan terjadi titik kulminasi kuangkat tubuhku dan kutarik penisku keluar dari vaginanya dan langsung kubalikan tubuh Rirrie dan kuraih tangan kanannya lalu kusuruh dia mengocok penisku. Kutarik kepalanya mendekati penisku. Penisku seperti dipompa sampai bocor. Air maniku
pun menyembur kencang dalam genggaman tangannya. Mengenai wajahnya. Aku melenguh. Kulihat air maniku menetes di sprei tempat tidur. Air
maniku sepertinya tidak mau berhenti. Tanganya yang lembut terus mengurut penisku dengan cepat, mengusap-usap kepala rudalku dengan ibu jarinya. Sampai air mani terakhir menetes di tangannya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Sampai terasa ke tulang sumsum.

"Enak Mas?" tanya Rirrie. Aku mengangguk.
"Belum pernah aku merasakan yang se.pertii.. ini," jawabku terbata- bata.

Aku merasa tubuhku lelah sekali. Lemas tak berdaya. Rirrie mendekatkan wajahnya ke rudalku, dan dengan sangat-sangat lembut dikecupnya kepala rudalku berkali-kali sambil berkata, "Kamu benda kecil tapi bisa bikin orang gede kepayahan."
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Rirrie memandangku dengan mesra sambil menebarkan senyum penuh pesona. Aku langsung roboh di atas tubuhnya. Menindih tubuhnya. Kugigit perlahan lehernya. Kujilat
dagunya. Kukecup lembut bibirnya. Rirrie memeluk aku sambil mengecup lembut pundakku.

"Mas kapan-kapan kita ngewek lagi ya Mas?" pintanya.
"Iya sayang. Suatu saat kita bakal ngewe lagi.. Kita cari gaya yang lainnya," jawabku perlahan.
"Sekarang Mas pengen bobo dulu. Mas kecapean nich," aku memohon. "Iya dech Mas," balasnya.
"Mas.. Rirrie tambah sayang dech sama Mas."
Dan aku pun mendapatkan ciuman paling hangat di bibir dalam sejarahku bersamanya. Lalu tangannya turun ke bawah memegang penisku yang sudah lembek dan meremas-remasnya dengan lembut sampai dia terlelap. Kemudian kupeluk tubuhnya, kukecup keningnya lembut dengan berjuta perasaan yang ada. Dengan sisa kekuatan yang ada, kuangkat badanku
dan balik posisi badanku hingga kepalaku berada di antara selangkangannya. Kukecup lembut vagina itu. Kujilat sedikit lendir yang membasahinya. Kunikmati sebentar pesona vaginanya dengan
mulutku. Lalu akupun memejamkan mata. Kami pun tertidur meninggalkan senyum kepuasan di bibir kami.

JANGAN LUPA DI LIKE YAH.!!